BAB
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
kesehatan reproduksi yang telah diterima secara
internasional yaitu : sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang
utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan proses
reproduksi. Selain itu juga disinggung hak produksi yang didasarkan pada
pengakuan hak asasi manusia bagi setiap pasangan atau individu untuk menentukan
secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, penjarakan anak, dan
menentukan kelahiran anak mereka.
Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita
sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan
harus berperan dalam keluarga, agar anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai
generasi muda. Oleh sebab itu wanita, seharusnya diberi perhatian.
Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak
dihadapi pria berkaitan dengan fungsi reproduksinya. Kesehatan wanita
secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung dan dilahirkan.
Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatas
namakan “pembangunan” seperti program KB, dan pengendalian jumlah penduduk.).
Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita
merupakan aspek paling penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak.
Oleh sebab itu pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling
baik menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang
memutuskan atas tubuhnya sendiri.
B.
TUJUAN PENULISAN
Agar
mahasiswa lebih memahami tentang indikator status kesehatan wanita dilihat
dari Pendidikan, Penghasilan, Usia Harapan Hidup,Angka Kematian Ibu dan tingkat kesuburan.
dari Pendidikan, Penghasilan, Usia Harapan Hidup,Angka Kematian Ibu dan tingkat kesuburan.
C. RUMUSAN
MASALAH
1. Untuk
mengetahui indicator status kesehatan wanita Pendidikan
2. Untuk
mengetahui indicator status kesehatan wanita Penghasilan
3. Untuk mengetahui indicator status kesehatan
wanita Usia harapan hidup
4. Untuk mengetahui indicator status kesehatan
wanita Angka Kematian Ibu
5. Untukmengetahui
indicator status kesehatan wanita Tingkat Kesuburan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 INDIKATOR KESEHATAN WANITA
Indikator
kesehatan wanita adalah ukuran yang menggambarkan atau menunjukan status
kesehatan wanita dalam populasi tertentu. Adapun indicator kesehatan ibu dapat
ditijau dari pendidikan, penghasilan, usia harapan hidup, aki, dan tingkat kesuburan.
A.
INDKATOR PENDIDIKAN
Kemiskinan
mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan. Kesempatan untuk sekolah
tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari kemampuan membiayai. Dalam
situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki lebih diutamakan karena
laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Dalam hal ini
bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi juga jender berpengaruh
pula terhadap pendidikan. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi tingkat
kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya mempunyai pengertian yang lebih
besar terhadap masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya. Minimal dengan
mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat mencari liang, merawat diri
sendiri, dan ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat
Pendidikan berpengaruh kepada sikap wanita
terhadap kesehatan, rendahnya pendidikan membuat wanita kurang peduli terhadap
kesehatan. Mereka tidak mengenal bahaya atau ancaman kesehatan yang mungkin
terjadi terhadap diri mereka. Sehingga walaupun sarana yang baik tersedia
mereka kurang dapat memanfaatkan secara optimal karena rendahnya pengetahuan
yang mereka miliki. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung pada
kualitas pendidikan, dengan demikian program pendidikan mempunyai andil besar
terhadap kemajuan sosial ekonomi bangsa.
a.
Angka melek huruf :
Sampai tahun 2004, persentase perempuan yang melek huruf terus
mengalami peningkatan, meskipun persentasenya masih lebih rendah dari
laki-laki. Secara rasionalangka melek
huruf sudah mencapai 87,9%, pada
laki-laki sebesar 92,3% dan padaperempuan sebesar 83.5%.
b.
Rata-rata lama sekolah :
Tahun efektif bersekolah pada umur 15 tahun
sebesar 7.09% dimana pada laki-laki 7,62% dan perempuan 6,57%. Angka ini akan
menunjukkkan bahwa secara rata-rata pendidikan penduduk mencapai jenjang
pendidikan kelas I SLTP.
c.
Jenjang pendidikan yang telah ditamatkan :
Pada tahun 2003 penduduk usia lebih
dari 10 tahun yang berpendidikan SLTP hanya sebanyak 36,21%, pada laki-laki
sebesar 39.87% dan pada perempuan 32.57%.
Kondisi ini menunjukkan bahwa taraf pendidikan perempuan belum
setara dengan laki-laki, hal ini dikarenakan terbentuk kontruksi
yang terbentuk dari masyarakat. Pendidikan yang
tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita untuk meningkatkan taraf hidup, membuat
keputusan yang menyangkut masalah kesehatan sendiri. Seorang wanita yang lulus
dari perguruan tinggi akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan mampu
berprilaku hidup sehat bila dibandingkan dengan seorang wanita yang memiliki
pendidikan rendah. Meningkatnya pendidikan berdampak pada pengalaman dan
wawasan yang semakin luas, pendidikan dapat meningkatkan status sosial dan
kedudukan seorang perempuan didalam masyarakat sehingga perempuan dapat
meningkatkan aktifitas sehari-hari maupun aktifitas sosialnya. Menurut profil
klasifikasi perempuan diberbagai negara menunjukkan bahwa pendidikan, pekerjaan
dan kesehatan perempuan Indonesia dinilai sangat buruk.
B.
INDIKATOR PENGHASILAN
Penghasilan
perempuan meningkat, maka pola pemenuhan kebutuhan akan bergeser dari pemenuhan
kebutuhan pokok saja, menjadi pemenuhan kebutuhan lain, khususnyapeningkatan
kesehatan perempuan. Penghasilan berkaitan dengan status sosial ekonomi ,
dimana sering kali status ekonomi menjadi penyebab terjadinya masalah kesehatan
pada wanita.Misalnya banyak kejadian anemia defisiensi fe pada wanita usia
subur yang sering kali disebabkan kurangnya asupan makanan yang bergizi
seimbang. Anemia pada ibu hamil akan lebih memberikan dampak yang bisa
mengancam keselamatan ibu.
Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada
wanita masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak
kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak
laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan
anaknya agar lepas tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada
suaminya. Ini berarti wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi pada saat
persalinan. Di samping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari
wanita yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah, pada
akhirnya akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan pengambilan
keputusan.
·
Kekurangan gizi dan Kesehatan yang
buruk
Menurut WHO di negara berkembang terrnasuk Indonesia
diperkirakan 450 juta wanita tumbuh tidak sempurna karena kurang gizi pada masa
kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa
suami dan anak laki-laki mendapat porsi yang banyak dan terbaik dan terakhir sang
ibu memakan sisa yang ada. Wanita sejak ia mengalami menstruasi akan
membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang keluar.
Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar dari
kebutuhan pria. Di samping itu wanita juga membutuhkan zat yodium lebih banyak
dari pria, kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok yang membahayakan
perkembangan janin baik fisik maupun mental.
Wanita juga sangat rawan terhadap beberapa penyakit,
termasuk penyakit menular seksual, karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka
yang berbeda dengan pria. Salah satu situasi yang rawan adalah, pekerjaan
wanita yang selalu berhubungan dengan air, misalnya mencuci, memasak, dan
sebagainya. Seperti diketahui air adalah media yang cukup berbahaya dalam
penularan bakteri penyakit
·
Beban Kerja yang berat
Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai
penelitian yang telah dilakukan di seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam
lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut
terjadinya kelelahan kronis, stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak
hanya dipengaruhi oleh waktu.
C.
INDIKATOR ANGKA KEMATIAN IBU
Kehamilan, persalinan dan
nifas merupakan penyebabkematian, penyakit dan kecacatan pada perempuan usia
reproduksi di Indonesia. Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 melaporkan angka kematian ibu
(AKI) sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2006 sebesar
226/100.000 kelahiran hidup. Menurut WHO penyebab tingginya angka kematian ibu
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu infeksi, perdarahan dan penyulit persalinan
sedangkan 5 penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan postpartum, sepsis
puerperal, abortus, eklamsia, dan persalinan terhambat.
Rendahnya kualitas hidup sebagian besar
perempuan Indonesia disebabkan oleh masih terbatasnya wawasan, lingkungan
sosial budaya yang belum kondusif terhadap kemajuan perempuan dan belum
dipahaminya konsep gender di dalam kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga.
Angka kematian ibu adalah jumlah kematian
ibu kerena kehamilan, persalinan, nifas dalam satu tahun dibagi dengan
jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama dengan persen atau permil.
Kasus
kekerasan dalam keluarga, perdagangan, tekanan budaya, adat istiadat,
pendidikan rendah dan dominasi pria dalam rumah tangga masih menimpa sebagian
besar perempuan. Pemerintah daerah belum memiliki kesungguhan mengangkat harkat
dan keijakan perempuan secara keseluruhan terutama menekan angka kematian ibu
melahirkan.
Angka kematian
ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab
kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk
kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa
nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100
000 kelahiran hidup. AKI diperhitungkan pula pada jangka waktu 6 minggu hingga
setahun setelah melahirkan.
Indikator ini
dapat dilakukan pada daerah yang kelahiran hidupnya minimal 100.000. Bagi yang
< 100.000 kelahiran hidup dianjurkan untuk menghitung jumlah absolute
kematian ibu saja atau menggunakan indicator antara misalnya persalinan tenaga
kesehatan.
Indikator ini secara langsung digunakan untuk memonitor
kematian terkait dengan kehamilan. AKI dipengaruhi oleh beberapa faktor
termasuk status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama
kehamilan dan melahirkan.
Definisi Operasionalnya adalah Kematian Ibu Kematian yang
terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Sumber
datanya dapat diperoleh dari Survey dan atau Catatan kematian Ibu hamil atau
melahirkan pada bidan, dokter atau sarana kesehatan
Indonesia adalah salah satu negara yang masih belum bisa
lepas dari belitan angka kematian ibu (AKI) yang tinggi. Bah¬kan jumlah
perempuan Indonesia yang me¬ninggal saat melahirkan mencapai rekor ter¬tinggi
di Asia. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
angka kematian maternal di Indonesia mencapai 248/100.000 kelahiran hidup, itu
berarti setiap 100.000 kelahiran hidup masih ada sekitar 248 ibu yang meninggal
akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.
Propinsi di Indonesia dengan kasus kematian ibu melahirkan
tertinggi adalah Propinsi Papua, yaitu sebesar 730/100.000 kelahiran hidup,
diikuti Propinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 370/100.000 kelahiran hidup,
Propinsi Maluku sebesar 340/100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Sulawesi
Selatan berdasarkan profil kesehatan Sulawesi Selatan jumlah kejadian kematian
maternal yang dilaporkan pada Tahun 2007 yaitu sebesar 104/100.000 kelahiran
hidup (Dinkes Propinsi Sulawesi-Selatan, 2008).
Tingginya angka kematian ibu tersebut berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan karena satu atau lebih anak menjadi piatu, penghasilan keluarga berkurang atau hilang sama sekali. Ditambah lagi saat ini jumlah perempuan yang bekerja makin banyak sehingga kontribusi mereka terhadap kesejahteraan keluarga juga meningkat. Setiap tahun diperkirakan satu juta anak meninggal menyusul kematian ibu mereka. Anak-anak yang ibunya meninggal kurang mendapat perhatian dan perawatan dibandingkan dengan yang memiliki ibu yang masih hidup .
Tingginya angka kematian ibu tersebut berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan karena satu atau lebih anak menjadi piatu, penghasilan keluarga berkurang atau hilang sama sekali. Ditambah lagi saat ini jumlah perempuan yang bekerja makin banyak sehingga kontribusi mereka terhadap kesejahteraan keluarga juga meningkat. Setiap tahun diperkirakan satu juta anak meninggal menyusul kematian ibu mereka. Anak-anak yang ibunya meninggal kurang mendapat perhatian dan perawatan dibandingkan dengan yang memiliki ibu yang masih hidup .
Kematian maternal juga sering dipakai sebagai indikator
kesejahteraan rakyat atau kualitas pembanguan Manusia (IPM/HDI), hal ini
didasarkan angka kematian maternal sangat erat kaitannya dengan perubahan
kondisi sosial ekonomi masyarakat. Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah
untuk menurunkan angka kematian maternal, seperti Gerakan Sayang Ibu (GSI), Buku
KIA, Safe Motherhood: Partnership Family Approach,Penempatan bidan di desa,
Maternal and Neonatal Health (MNH), Making Pregnancy Safer (MPS), dan
program-program lainnya. Namun program dan strategi tersebut belum mampu
mempercepat penurunan angka kematian ibu. Seperti kita ketahui target Millenium
Development Goal’s (MDG’s) salah satunya adalah mengurangi angka kematian ibu
(AKI) di seluruh dunia sebesar 75% dari tahun 1900 ke 2015. Sebagai gambaran
pada tahun 1990 AKI di Indonesia masih sekitar 408/100.000 kelahiran hidup,
sesuai target MDG’s di tahun 2015 akan menjadi 102/100.000 kelahiran hidup. Di
sisi lain berdasarkan analisis trend penurunan AKI periode 1900 – 2015 ternyata
diperkirakan hanya akan mencapai 52-55% sehingga kemungkinan besar target MDG’s
tetang AKI di Indonesia sulit tercapai (Bapenas, 2007).
Tingginya angka kematian maternal
diatas dipengaruhi oleh banyak faktor dan sangat kompleks, secara garis besar
faktor determinan kematian maternal digolongkan menjadi dua faktor besar yaitu faktor
medis/langsung dan faktor non-medis/tidak langsung. Faktor medis/langsung
disebabkan oleh komplikasi obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi lebih
berat selama masa kehamilan, sehingga berakhir dengan kematian, yaitu
Perdarahan (28%), Eklampsia (24%), Infeksi (11%), Abortus (5%), partus lama,
trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik (3%). Sebagian kematian maternal banyak
terjadi pada saat persalinan, melahirkan dan sesaat setelah melahirkan.
Faktor reproduksi ibu turut
menambah besar risiko kematian maternal. Jumlah paritas satu dan Paritas diatas
tiga telah terbukti meningkatkan angka kematian maternal dibanding paritas 2-3,
selain itu faktor umur ibu melahirkan juga menjadi faktor risiko kematian ibu,
dimana usia muda yaitu < 20 tahun dan usia tua ≥35 tahun pada saat
melahirkan menjadi faktor risiko kematian maternal, sedangkan jarak antara tiap
kehamilan yang dianggap cukup aman adalah 3-4 tahun. Faktor kematian maternal
ini kemudian diidentifikasi sebagai 4 Terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu
rapat jarak kehamilan dan terlalu banyak) Selain faktor medis dan reproduksi,
faktor non-medis turut menambah parah risiko kematian maternal. faktor
non-medis/tidak langsung tersebut yaitu kondisi sosial budaya, ekonomi,
pendidikan, Kedudukan dan peran wanita, kondisi geografis, dan transportasi,
ini kemudian diidentifikasi sebagai tiga terlambat (3T).
Hal ini sesuai dengan penelitian Widarsa, (2002) yang menyatakan bahwa frekuensi ANC < 4 kali memiliki risiko kematian ibu dengan OR 11,7. Pemeriksaan kehamilan yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu
Hal ini sesuai dengan penelitian Widarsa, (2002) yang menyatakan bahwa frekuensi ANC < 4 kali memiliki risiko kematian ibu dengan OR 11,7. Pemeriksaan kehamilan yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu
Faktor-faktor diataslah yang
kemudian turut berkontribusi dan mempertinggi risiko kematian maternal, padahal
pada dasarnya faktor-faktor tersebut dapat mudah untuk dicegah dan dihindarkan.
Kematian maternal yang disebabkan oleh faktor-faktor yang seharusnya dapat
dihindari, atau peluang yang terlewatkan maupun pelayanan dibawah standar,
harus dapat ditemukan masalahnya. Oleh sebab itu penting dilakukan upaya untuk
identifikasi seberapa besar faktor risiko tersebut terhadap kejadian kematian
maternal.
D.
INDIKATOR USIA HARAPAN HIDUP
Usia harapan hidup (Life Expectancy Rate) merupakan lama
hidup manusia di dunia. Usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan
laki-laki. Harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan
proporsi sejak 1980. Harapan hidup perempuan adalah 54 tahun pada 1980,
kemudian 64,7 tahun pada 1990, dan 70 tahun pada 2000.
Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa
implikasi bertambahnya jumlah lansia. Berdasarkan data, wanita Indonesia yang
memasuki masa menopause saat ini semakim meningkat setiap tahunnya.
Meningkatnya jumlah itu sebagai akibat bertambahnya populasi penduduk usia
lanjut dan tingginya usia harapan hidup diiringi membaiknya derajat kesehatan
masyarakat.
Usia harapan hidup (Life Expectancy
Rate) merupakan lama hidup manusia di dunia. Usia harapan hidup perempuan lebih
tinggi dibandingkan laki-laki. Harapan hidup penduduk Indonesia mengalami
peningkatan jumlah dan proporsi sejak 1980. Harapan hidup perempuan adalah 54
tahun pada 1980, kemudian 64,7 tahun pada 1990, dan 70 tahun pada 2000.
Meningkatnya usia harapan hidup
penduduk Indonesia membawa implikasi bertambahnya jumlah lansia.Berdasarkan
data, wanita Indonesia yang memasuki masa menopause saat ini semakim meningkat
setiap tahunnya. Meningkatnya jumlah itu sebagai akibat bertambahnya populasi
penduduk usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup diiringi membaiknya
derajat kesehatan masyarakat.
1. Hal-hal yang berpengaruh penting pada kelangsungan hidup
yang lebih lama
Penyebab panjangnya umur manusia, diluar soal takdir tentunya, tergantung dari beberapa faktor:
Penyebab panjangnya umur manusia, diluar soal takdir tentunya, tergantung dari beberapa faktor:
a.
Pola Makan
b.
Penyakit bawaan dari lahir: mereka yang
diberi berkah oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menjalani hidup lebih panjang
adalah orang-orang yang terkait dengan rendahnya penyakit degeneratif. Yaitu
penyakit-penyakit yang mengancam kehidupan manusia, seperti penyakit kanker,
jantung koroner, diabetes dan stroke
c.
Lingkungan Tempat Tinggal
d.
Strees Atau Tekanan
2.
Faktor-faktor kesehatan yang mempengaruhi dan berhubungan dengan usia
harapan hidup :
1) Gizi
Melewati
kehidupan di dunia hingga usia 100 tahun mungkin menjadi harapan sebagian
manusia. Mereka berpendapat bahwa dengan semakin panjang umur semakin banyak
hal-hal yang dapat dilakukan, terlepas itu perbuatan yang baik maupun buruk.
Penyebab
panjangnya umur manusia, diluar soal takdir tentunya, tergantung dari beberapa
faktor. Tapi yang paling berpengaruh adalah pola makan.
a.
Orang-orang lanjut usia ini mulai
mengurangi konsumsi kalori dengan hanya memakan kacang-kacangan (kedelai),
makan ikan dan minum teh hijau maupun teh hitam.
b.
Melakukan puasa seperti yang
dilakukan umat Islam pada bulan Ramadhan.
c.
Melakukan diet terhadap jenis
makanan goreng-gorengan, selain juga mengurangi porsi makan sehari-hari.
d.
Pada awal usia 50 tahunan, disaat
proses metabolisme tubuh sudah mulai lambat, mereka banyak makan makanan yang
mengandung zat anti oksidan yang bermanfaat bagi tubuh.
e.
Makan ikan yang mengandung zat
omega 3 yang sangat tinggi, yang dapat mengurangi kolesterol dalam tubuh.
f.
Mereka juga memangkas konsumsi
protein dan lemak dalam tubuh, dengan cara mengurangi makanan yang mengandung
lemak dan protein hewani, seperti telor, susu, daging, keju, dsb.
g.
Menyarankan agar para manula
tersebut mulai kembali ke makanan ‘back to nature’ atau kembali ke alam.
Diantaranya degan cara mengkonsumsi makanan tanpa dimasak atau menjadi seorang
vegetarian.
2) Merokok
Merokok mengurangi usia harapan
hidup rata-rata 10 tahun. Atau kalau anda tidak merokok berarti menambah usia
harapan hidup rata-rata 10 tahun. Demikian antara lain hasil penelitian selama
50 tahun di Inggris mengenai dampak merokok terhadap kesehatan. Hasil penelitian
yang dimuat di Jurnal Kesehatan Inggris ini menunjukkan, terdapat 20 penyakit
yang terkait dengan kebiasaan merokok.
Penelitian terlama tentang dampak
merokok terhadap kesehatan menunjukkan bahwa rata-rata perokok meninggal dunia
10 tahun lebih cepat dibanding mereka yang tidak merokok. Penelitian ini
dimulai 50 tahun lalu ketika untuk pertama kalinya muncul kaitan antara merokok
dan kanker paru-paru. Temuan ini sangat penting untuk mendorong orang berhenti
merokok. Penelitian ini melibatkan sekitar 35 ribu dokter di Inggris yang lahir
antara tahun 1900 dan 1930. Para ilmuwan memantau kebiasaan merokok mereka
selama lebih dari 50 tahun. Dan data paling akhir menunjukkan resiko yang ada
jauh lebih besar dari perkiraan awal.
Sir Richard Peto, yang terlibat
dalam penelitian ini hampir selama 40 tahun mengatakan, temuan yang ada
menunjukkan berhenti merokok akan meningkatkan kuantitas dan kualitas hidup.
“Bahkan setelah 20 tahun, bila anda berhenti merokok, anda bisa menghindari
sembilan dari 10 resiko yang ada. Jika anda berhenti merokok setelah 10 tahun,
anda bisa terbebas dari hampir semua resiko yang ada.
Masalahnya adalah begitu orang
merokok, susah untuk menghentikan kebiasaan itu. Banyak orang yang mengaku tak
bisa berhenti merokok,” katanya.Mereka yang berhenti merokok pada usia 60
tahun, bisa meningkatkan harapan hidup selama tiga tahun. Sementara bila
seseorang berhenti merokok pada usia 30 tahun, berbagai dampak negatif terhadap
kesehatan bisa diminimalkan.
Ada sekitar 20 penyakit yang
terkait dengan merokok ini, antara lain penyakit jantung, stroke, dan berbagai
macam kanker. Di negara berkembang dewasa ini, semakin banyak orang merokok.
Sejak penelitian ini dilakukan, diperkirakan 100 juta orang meninggal di
seluruh dunia akibat merokok. “Kematian itu disebabkan merokok telah dibuktikan
sebagai penyebab berbagai penyakit saluran pernapasan seperti penyakit paru
obstruktif menahun, kanker paru, dan diyakini merupakan faktor resiko untuk
penyakit jantung, stroke, dan berbagai penyakit kronis lain”.
3)
Menapause
Keberhasilan pembangunan termasuk
pembangunan kesehatan telah meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat
antara lain meningkatnya umur harapan hidup (UHH) di Indonesia dari tahun ke
tahun. Disamping itu terjadi pula pergeseran umur menopause dari 46 tahun pada
tahun 1980 menjadi 49 tahun pada tahun 2000.
Jumlah dan proporsi penduduk
perempuan yang berusia diatas 50 tahun dan diperkirakan memasuki usia menopause
dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan
Sensus Penduduk tahun 2000 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun baru
mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun 2020
jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30,0 juta atau 11,5% dari total
penduduk.
Pada usia 50 tahun, perempuan
memasuki masa menopause sehingga terjadi penurunan atau hilangnya hormon
estrogen yang menyebabkan perempuan mengalami keluhan atau gangguan yang
seringkali mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan dapat menurunkan kualitas
hidupnya. Padahal estrogen tersebut mempunyai manfaat yang beragam, sehingga
menurunnya produksi hormon akan berpengaruh terhadap beberapa perubahan penting
dalam tubuh.
Gejala gejala awal kurangnya estrogen :
-
Wajah kemerahan
-
Keringat pada malamm hari
-
Rasa sakit dan nyeri (nyeri tulang
dan sendi)
-
Kekeringan didaerah vagina
-
Masalah kandung kemih
-
Hubungan seksual yang menimbulkan
rasa nyeri
-
Kulit kering
-
Gangguan tidur
-
Emosi yang mudah berubah-rubah
-
Perdarahan menstruasi yang tidak
teratur
-
Gejolak panas di dada dan muka (hot
flushes)
-
Sakit kepala
-
Mudah pingsan
-
Depresi
-
Daya ingat menurun
-
Sulit konsentrasi
-
Penyakit jangka panjang seperti
tulang keropos (osteoporosis), jantung koroner, stroke, kanker usus besar.
-
Gangguan tidur
-
Emosi yang mudah berubah-rubah
-
Perdarahan menstruasi yang tidak
teratur
-
Gejolak panas di dada dan muka (hot
flushes)
-
Sakit kepala
-
Mudah pingsan
-
Depresi
-
Daya ingat menurun
-
Sulit konsentrasi
-
Penyakit jangka panjang seperti
tulang keropos (osteoporosis), jantung koroner, stroke, kanker usus besar.
Anda dapat mengukur kadar estrogen
dengan berkonsultasi pada dokter yang akan melakukan pemeriksaan darah
sederhana. Bila anda telah mengetahui penyebab timbunya gejala-gejala tersebut,
anda dapat memulai usaha untuk mengatasinya.
Olahraga merupakan hal yang
penting, tidak saja untuk kesehatan umum anda, tetapi juga memperbaiki
densitas/kepadatan tulang anda dan menghilangkan gejala-gejala menopause.
Diet tradisional Asia tampaknya memberi keuntungan yang
penting. Diet Asia ini:
-
mengandung kurang dari 20% kalori
yang berasal dari lemak
-
Membatasi masukan daging
-
Kaya akan berbagai macam buah,
sayur serta kacang-kacangan
-
Memasukan menu dari tahu atau
olahan kedelai paling tidak sekali sehari. (Produk olahan kedelai mengandung
fitoestrogen, yang merupakan sebuah tipe hormon tanaman yang diyakini
bermanfaat bagi menopause. Namun demikian, preparat tersebut belum terbukti
keuntungannya untuk mengatasi osteoporosis dan efek kardiovaskuler akibat
menopause.
-
Hindari fakor-faktor yang memicu
gejala-gejala menopause anda.kemerahan pada wajah dapat di picu oleh makanan
nyang panas atau pedas. Alkohol, kafein dan gula juga dapat memicu kemerahan
pada wajah.
-
Krim vagina dan jel dapat di
gunakan untuk mengurangi kekeringan dan rasa gatal pada vagina..
Preparattersebut juga dapat di gunakan pada saat berhubungan seksual, untuk
mengurangi rasa sakit
1.
Osteoporosis Seiring meningkatnya
usia harapan hidup di Indonesia, masalah osteoporosis/tulang keropos perlu
mendapat perhatian serius. Semakin tua seseorang, semakin mudah terserang
osteoporosis.
Orang
lanjut usia merupakan sasaran paling rapuh untuk terkena osteoporosis. Ketika
perempuan mencapai usia 80 tahun, ia mengalami resiko 40% mengalami 1 atau
lebih patah tulang belakang. Data dunia juga menyebutkan satu dar tiga wanita
beresiko terkena osteoporosis.
Kunci utama untuk melawan rapuh
tulang diantaranya:
-
Perhatikan gaya hidup
-
Perhatikan pola makan
-
Aktifitas fisik.
E.
TINGKAT KESUBURAN
Begitu banyak pasangan suami istri yang sangat menginginkan
kehadiran si buah hati namun belum juga dikaruniani seorang anak. Banyak pula
dari mereka yang mengikuti beberapa program guna mengharapkan terjadinya suatu
kehamilan. Kemandulan atau ketidak suburan sering kali hanya dituduhkan ke
pihak wanita, padahal pihak pria juga memiliki faktor penyebabnya.
Namun disini kita tidak akan
membahas tentang hal tersebut. Kita hanya membedah seputar masalah masa subur
wanita yang biasanya dijadikan tolak ukur untuk pasangan suami istri melakukan
kegiatan seksual dengan harapan terjadi suatu kehamilan.
Masa subur adalah suatu masa dalam
siklus menstruasi perempuan dimana terdapat sel telur yang matang yang siap
dibuahi, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka
dimungkinkan terjadi kehamilan.
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh
hormon seks perempuan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon-hormon ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan yang dapat dilihat
melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan suhu basal tubuh,
perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks), perubahan pada serviks,
panjangnya siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator minor kesuburan
seperti nyeri perut dan perubahan payudara.
Dengan mengetahui masa subur, ini
akan bermanfaat bagi pasangan yang bermasalah dalam mendapatkan keturunan,
yaitu dengan cara:
1.
Menilai kejadian dan waktu
terjadinya ovulasi
2.
Memprediksikan hari-hari subur yang
maksimum
3.
Mengoptimalkan waktu untuk
melakukan hubungan seksual untuk mendapatkan kehamilan
4.
Membantu mengindentifikasi sebagian
masalah infertilitas.
Fakta membuktikan bahwa wanita yang
sedang dalam masa subur biasanya bersikap lebih tajam terhadap wanita lain.
Pada saat ovulasi (sekitar hari ke-12 sampai 21 siklus menstruasi) perasaan
ingin bersaing dengan wanita lain semakin tinggi. Pada masa ovulasi, wanita
sering memberikan komentar yang buruk ketika dimintai pendapat tentang wanita
lain.
Pemilihan kontrasepsi alat suntik
dan pil sangat mempengaruhi kesuburan wanita. Jika ingin membuat jeda waktu
untuk terjadinya suatu kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi, sebaiknya
konsultasikan dulu berbagai efek pemakaian dan pasca pemakaian dari
masing-masing jenis alat. Berat badan juga mempengaruhi kesuburan. Sebuah
penelitian mengatakan 12% masalah ketidaksuburan disebabkan oleh masalah berat
badan.
Terlalu kurus bisa membuat siklus
haid wanita tidak teratur dan bisa melahirkan bayi yang juga memiliki berat
badan rendah. Sebaliknya terlalu gemuk juga tidak berakibat baik untuk
kesuburan karena keseimbangan hormon terganggu dan berisiko mengalami tekanan
darah tinggi dan diabetes semasa hamil.
Wanita yang minum empat gelas kopi per hari memiliki risiko
tidak subur lebih besar. Sebabnya, kafein mengurangi kandungan darah dalam
hormon prolactin. Rendahnya hormon prolactin berhubungan dengan semakin
rendahnya tingkat kesuburan. Jadi pilihan makanan juga turut mempengaruhi
kesuburan.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
·
Indikator kesehatan wanita adalah
ukuran yang menggambarkan atau menunjukan status kesehatan wanita dalam
populasi tertentu.
·
Status kesehatan wanita sangat
berpengaruh kepada pendidikan wanita. Dan kemiskinan berpengaruh kepada
pendidikan , seringkali kemiskinan membuat kaum wanita terabaikan akan
pendidikan , karena pria dianggap sebagai pencari nafkah maka diutamakan dahulu
kaum pria. Sehingga kaum wanita kurang akan pengetahuan yang sangat berpengaruh
terhadap kesehatannya.
B. SARAN
1. diharapkan kepada semua wanita agar
sedini mungkin menjaga kesehatan reproduksinya.
2. diharapkan kepada setiap remaja
diindonesia agar dapat mengenal serta menjaga kesehatan reproduksinya
3. diharapkan kepada setiap keluarga
agar ikut berpartisipasi dalam membentuk keluarga berencana.
4. diharapkan dengan adanya penghasilan
wanita dapat menunjang pemenuhan kebutuhan lainnya khususnya peningkatan
kesehatannya.
5. diharapkan dengan meningkatnya
tingkat pendidikan wanita dapat meningkatkan taraf hidup dan membuat keputusan
masalah yang menyangkut kesehatan sendiri.