Kamis, 25 September 2014

HEMODIALISA


Cuci darah atau Hemodialisis adalah suatu proses penyaringan darah yang dilakukan oleh mesin. Cuci darah atau dialysis, suatu proses yang dilakukan untuk mengganti tugas ginjal yang sehat. Seperti yang telah kita ketahui, ginjal berperan vital bagi tubuh yaitu berfungsi untuk menyaring dan membuang sisa-sisa metabolisme dan kelebihan cairan, menyeimbangkan unsur kimiawi dalam tubuh serta menjaga tekanan darah. Prosedur ini ditempuh saat kerusakan ginjal telah mencapai 85-90 persen atau “Gagal Ginjal Terminal” dimana ginjal tidak dapat lagi berfungsi seperti sediakala.
Ada dua macam cuci darah, yakni hemodialisis dan dialisis peritoneal. Prinsipnya, pada proses dialisis, darah akan dialirkan ke luar tubuh dan disaring. Kemudian darah yang telah disaring dialirkan kembali ke dalam tubuh. Pada hemodialisis, proses penyaringan dilakukan oleh suatu mesin dialisis yang disebut dengan membran dialisis. Jenis dialisis ini yang banyak dilakukan di Indonesia. Sedangkan pada dialisis peritoneal, jaringan tubuh pasien sendiri bagian abdomen (perut) yang digunakan sebagai penyaring. Biasanya dialisis dilakukan 2-3 kali seminggu selama masing-masing 4-5 jam tiap kali proses.
Cuci darah harus dilakukan secara teratur untuk menghindari efek yang tidak diinginkan akibat penumpukan sisa metabolime maupun cairan dalam tubuh. Karena hanya bersifat menggantikan fungsi ginjal, bukan menyembuhkannya, tindakan dialisis harus dilakukan selama seumur hidup, kecuali pasien melakukan transplantasi ginjal. Pasien juga perlu mengatur pola makan dan minumnya untuk keberhasilan terapi dialisis. Dengan berpikir positif dan menjalankan terapi dengan sungguh-sungguh serta mengikuti segala petunjuk dokter, bukan tidak mungkin pasien gagal ginjal tetap dapat menjalani hidup secara normal.
Gagal Ginjal dapat dibagi menjadi 2 macam, yakni Gagal Ginjal Akut (GGA) dan Gagal Ginjal Kronik (GGK). Gagal Ginjal Akut biasanya terjadi secara tiba-tiba. Fungsi ginjal mengalami penurunan secara mendadak. Namun bila ditangani dengan baik, maka pasien dapat sembuh dengan sempurna. Penyebabnya ada berbagai macam salah satunya adalah penyakit glomerulonephritis akut, perdarahan ataupun sumbatan saluran kemih karena batu, tumor atau bekuan darah.
Gagal ginjal kronik terjadi perlahan-lahan, bisa dalam hitungan bulan bahkan tahun, dan sifatnya tidak dapat disembuhkan. Memburuknya fungsi ginjal bisa dihambat apabila pasien melakukan pengobatan secara teratur. Penyebabnya juga beragam seperti Diabetes mellitus, hipertensi, batu ginjal, obat-obatan dan penyakit glomerulonephritis kronik.
Bila fungsi ginjal telah menurun hingga mencapai kurang dari 10%, maka kondisi ini disebut Gagal Ginjal Terminal (GGT). Kasus ini terjadi akibat racun-racun sisa metabolisme tubuh yang seharusnya dibuang oleh ginjal menjadi tertimbun di dalam tubuh. Bila kondisi demikian terus berlanjut, bukan tidak mungkin akan diikuti dengan kematian dalam beberapa hari atau minggu.
Apakah Gagal Ginjal Dapat disembuhkan?
Ada beberapa terapi pengganti ginjal, yakni transplantasi/cangkok ginjal, peritoneal dialisa (PD), dan hemo dialisa (HD), yang dikenal masyarakat umum sebagai cuci darah. Hemodialisa adalah suatu bentuk terapi pengganti pada pasien dengan kegagalan fungsi ginjal, baik yang bersifak akut maupun kronik. Pasien yang menderita Gagal Ginjal Terminal juga dapat dibantu dengan bantuan mesin hemodialisis yang mengambil alih fungsi ginjal. Terapi dengan cara HD atau cuci darah telah dapat dilakukan di Indonesia sejak 1970.
Walaupun fungsi ginjal untuk membersihkan darah dapat diambil alih oleh mesin hemodialisis, tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk satu kali proses cuci darah (setidaknya memerlukan Rp. 500.000,- per terapi) kerap dirasakan membebani penderita. Ketergantungan pada mesin hemodialisis, juga membuat aktivitas penderita menjadi terbatas. Penyair dan penggiat teater Radhar Panca Dahana yang divonis gagal ginjal pada tahun 2001 misalnya mengaku sulit untuk berkarya karena sibuk mencari biaya cuci darah yang ahrus dilakukannya 2 hari sekali.
Pengobatan terbaik dan ekonomis bagi penderita gagal ginjal hanya bisa dilakukan dengan melakukan pencangkokan ginjal. Penderita gagal ginjal yang mengalami pencangkokan ginjal bisa sembuh total dan melakukan kegiatan rutin seperti sebelum sakit. Banyak yang bisa berumah tangga dan memiliki keturunan. Mereka yang menjalani cuci darah, berisiko mengalami kekurangan darah (anemia). Pola makan dan minum juga harus diperhatikan karena ada berbagai makanan dan minuman yang secara langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan keselamatan jiwanya.
Pasien yang mengalami cangkok ginjal memiliki harapan hidup yang lebih lama dibandingkan dengan pasien yang dicuci darahnya. Di luar negeri tercatat ada pasien yang hidup sehat hingga 37 tahun setelah mengalami pencangkokan ginjal. Di Indonesia sejauh ini ada yang tetap sehat hingga 22 tahun setelah pencangkokan ginjal. Memang ada kasus dimana pasien cangkok ginjal tidak berhasil diselamatkan, namun hal itu disebabkan karena terus mengalami infeksi pada ginjal ataupun karena penyakit lain.
Agar tidak mudah terkena infeksi, pasien cangkok ginjal harus kontrol secara teratur. Selama satu tahun pertama setelah pencangkokan, pasien biasanya diminta untuk kontrol dua minggu sekali. Kalau sudah lewat satu tahun akan diminta kontrol 3-4 minggu sekali. Setelah dua tahun kontrol dilakukan 1-2 bulan sekali. Semakin lama usia ginjal yang dicangkokkan maka kontrol ke dokter pun semakin jarang dilakukan.
Sayangnya di Indonesia kesadaran untuk mendonorkan ginjal masih sangat rendah. Di kalangan masyarakat awam masih beredar anggapan seseorang tidak bisa hidup sehat jika hanya hidup dengan satu ginjal. Akibatnya timbul keengganan untuk mendonorkan salah satu ginjal. Padahal dari sepasang ginjal yang dimiliki setiap manusia, hanya satu ginjal yang bekerja sepenuhnya. Pasangan ginjal yang satunya berfungsi 75% sebagai cadangan. Seseorang bisa hidup sehat hanya dengan satu ginjal asalkan dibarengi dengan pola hidup yang sehat. Kapan dan kenapa harus dilakukan ? Cuci darah biasanya dilakukan pada penderita yang mengalami gagal ginjal. Jadiproses Cuci darah itu dilakukan untuk menggantikan fungsi ginjal yang sudah rusak.
Fungsi ginjal yang utama adalah menyaring darah kotor atau darah yang sudah tercampur oleh sisa metabolisme tubuh. Hasil dari saringan tadi dikeluarkan melalui urine atau air seni. Sedangkan darah yang sudah bersih setelah disaring tadi dikembalikan ke tubuh. Bila ginjal tadi rusak, otomatis sisa metabolisme dan air tidak dapat dikeluarkan dari tubuh dan bila mencapai kadar tertentu sisa metabolisme itu dapat meracuni tubuh sampai mengakibatkan kerusakan jaringan yang akhirnya dapat menimbulkan kematian. Jadi kalau sudah mengalami gagal ginjal atau ginjalnya rusak diperlukanproses Cuci darah tadi.
Pada cuci darah ini fungsi ginjal digantikan oleh mesin, darah yang berasal dari pembuluh darah dimasukkan ke dalam selang kecil yang terhubung dengan mesin tadi atau disebut Dializer. Didalam Dializer ini darah akan mengalami penyaringan yang dilakukan oleh membran, sampah hasil saringan ini akan dicampur dengan larutan yang disebut dialisat, dan dibuang untuk selanjutnya diganti dengan cairan dialisat yang baru. Kemudian darah yang sudah disaring dan bersih dimasukkan ke dalam tubuh kembali. Meskipunproses ini mempunyai fungsi seperti ginjal tetapi hanya bisa menggantikan fungsi ginjal normal sebesar 10 % saja.
Untuk gagal ginjal akut, biasanya dilakukan cuci darah sambil menunggu perbaikan fungsi ginjalnya, sedangkan untuk gagal ginjal kronik, harus dilakukan terus menerus, biasanya 3 kali seminggu dan setiap kaliproses berlangsung sekitar 3-5 jam. Yang harus dipikirkan adalah biayanya yang cukup besar dan mempunyai efek samping yang cukup banyak seperti tekanan darah rendah, pembekuan darah, infeksi, sakit kepala, mual, muntah, anemia, kram otot, dan detak jantung tidak teratur. Alternatif lain bagi penderita gagal ginjal kronik adalah melakukan cangkok ginjal apabila tidak ingin melakukan cuci darah terus menerus, tetapiproses pencangkokan ginjal ini sangat rumit sekali dan yang pasti memakan biaya yang besar sekali, karena itu sayangilah ginjal anda dan jagalah selalu agar tetap sehat.
Kemajuan teknologi kedokteran yang berkembang pesat saat ini memungkinkan para penderita gagal ginjal menjalani rutinitas cuci darah (dialisa) sambil bekerja, cuci mata di mall, bahkan sambil bercinta dengan pasangan! Padahal di masa lalu, kegiatan dialisa harus dilakukan di rumah sakit sambil terbaring lemah selama 5 jam, sebanyak tiga kali seminggu. Belum lagi perasaan gatal di sekujur tubuh sebagai dampak dari terapi cuci darah tersebut.
Terapi cuci darah yang begitu praktis itu bernama Continuous Ambulatory Peritoneal Dyalisis/CAPD atau dialisis tanpa mesin dan dapat dilakukan secara mandiri oleh penderita gagal ginjal. Metode ini merupakan metode alternatif dengan menggunakan membran semipermiabel yang berfungsi sebagai ginjal buatan, sehingga mampu menyerap cairan pembersih ke dalam rongga ginjal. Dalam waktu 4 sampai 6 jam dengan frekuensi 4 kali sehari, terjadi proses difusi serta ultrafiltrasi dalam ginjal, sehingga zat racun yang ada di dalamnya terserap ke luar dan diganti cairan baru.
Karena masih tergolong teknologi baru, biaya CAPD masih tergolong mahal. Umumnya, biaya yang dikeluarkan peserta terapi CAPD saat ini masih sebesar Rp 4,2-Rp 5 juta setiap bulannya. Namun, biaya sebesar itu menjadi tak berarti, jika melihat kondisi tubuh penderita yang bugar dan tetap produktif seperti sebelum terkena gagal ginjal.
“Karena pasien tetap bisa bekerja dan melakukan segala aktivitas seperti biasa, layaknya orang sehat. Bedanya, peserta CAPD punya kantong kecil di perutnya untuk pergantian cairan dialisat itu,” kata Direktur Medik RS PGI Cikini, Tunggul Situmorang dalam acara peluncuran website sahabat ginjal.com yang disponsori PT Kalbe Farma, di Jakarta, belum lama ini.
Perlu diketahui, kasus gagal ginjal di dunia meningkat lebih dari 50%. Di Indonesia sendiri sudah mencapai sekitar 20%. Di Amerika Serikat saja, negara yang sangat maju dan tingkat gizinya tinggi, setiap tahunnya ada sekitar 20 juta orang dewasa menderita penyakit kronik ginjal.
Gagal ginjal adalah keadaan dimana kedua ginjal tidak mampu menjalankan fungsinya.
proses:  menarik darah dari pasien kemudian masuk ke mesin hemodialisa trus di filter deh metabolit seperti ureum dll akan di buang dan darah bersih masuk kembali ke tubuh

yang perlu disiapkan:
uang tentunya, mungkin mahal sekarang buat sekali cuci darah
buat tarik darah perlu akses vena yang besar pada tubuh pasien, kalo awal awal mungkin bisa pasang mahokar/double lumen semacam Central Vein Catheter yang ukurannya besar. kalau yang khronis mungkin perlu dilakukan pembuatan arterio-vena shunt melalui operasi kecil di area tangan
periode: tgt kebutuhan kalau udah gagal ginjal khronis yang bisa 3-4 hari sekali/2x seminggu.
kalo gagal ginjal akut, ya tergantung dari kadar ureum creatinin dan produksi urinenya.
solusi: selain hemodialisa, ada pilihan peritoneal dialisa, tapi secara hasil mungkin gak se instan HD untuk mengatasi gejala gejala gagal ginjalnya.
kalo udah nonfungsional ginjalnya ya mungkin alternatifnya transplantasi ginjal



Tidak ada komentar:

Posting Komentar