BAB
1
PENDAHULUAN
1.
1 LATAR BELAKANG
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas adalah masa yang dimulai
dari beberapa jam setelah lahir plasenta sampai 6 minggu berikutnya.
Terjadi perubahan peran sebagai orang tua yang mempunyai
tugas dan tanggung jawabnya terhadap kelahiran seorang bayi. Mengalami
perubahan stimulus dan kegembiraan untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan
merasakan gelaja-gejala psikiatrik, demikian juga pada masa menyusui. Meskipun
demikian, ada pula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi
yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal yang lebih
lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali sebagi bidan untuk
mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai
apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini, suatu variasi
atau penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi.
A.
TUJUAN PENULISAN
Agar
mahasiswa lebih memahami apa itu kesedihan dan duka cita serta mengetahui cara
mengatasi kesedihan dan dukacita pada masa nifas.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Mengetahui adaptasi psikologis ibu pada masa nifas
2.
Mengetahui cara mengatasi kesedihan dan duka cita pada masa nifas
BAB
II
PEMBAHASAN
Kesedihan dan Duka Cita
2.1 ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU NIFAS
Masa nifas merupakan masa yang paling kritis dalam
kehidupan ibu maupun bayi, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama. Dalam memberikan pelayanan pada masa nifas, bidan menggunakan asuhan
yang berupa memantau keadaan fisik, psikologis, spiritual, kesejahteraan sosial
ibu/keluarga, memberikan pendidikan dan penyuluhan secara terus menerus. Dengan
pemantauan dan asuhan yang dilakukan pada ibu dan bayi pada masa nifas
diharapkan dapat mencegah atau bahkan menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi.
Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitive,
sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan juga
sangat penting dalam hal memberi pegarahan pada keluarga tentang kondisi ibu
serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak
terjadi perubahan psikologis.
2.2
KESEDIHAN
DAN DUKA CITA
1.
KESEDIHAN
Kesedihan adalah reaksi emosi, mental dan fisik dan sosial yang normal dari
kehilangan sesuatu yang dicintai dan diharapkan. Berduka sangat bervariasi tergantung
pada apa yang hilang dan respon terhadap kehilangan akan berbeda setiap
individunya.
Tahap
kesedihan (Kubler Ross, 1970)
1. Denial (penyangkalan)
Menyangkal apa yang sebenarnya terjadi dan terus
berharap pada apa yang mereka impikan atau angan-angankan.
2. Anger (kemarahan)
Marah pada apa yang sedang terjadi, emosi tidak stabil
dan mungkin menyalahkan semua pihak yang terlibat di dalamnya (seperti tenaga
kesehatan yang menolong ataupun dari pihak keluarganya sendiri.
3. Bargaining (tawar menawar)
Terkesan seperti menerima apa yang telah terjadi
tetapi tahap ini merupakan tahap pendek atau singkat dan tidak mungkin
dinyatakan oleh pasien. Pasien tetap berharap, itu tidak terjadi.
4. Depression (depresi)
Fase ini merupakan fase yang berlangsung cukup lama,
bisa berlangsung dalam beberapa bulan atau mungkin beberapa tahun. Gejala yang
tampak; perasaan depresi, bersalah, kehilangan, kesepian, panic dan menangis
tanpa sebab yang jelas.
5. Acceptance (menerima)
Kematian merupakan suatu hal yang tidak bisa dielakkan
atau dihindari, kesedihan akibat kematian akan mulai berkurang seiring dengan
berjalannya waktu, ibu dan keluarga mulai menerima kenyataan.
Tanda gejala berduka:
1. Efek fisik, ibu akan merasa kelelahan, sulit tidur,
nafsu makan menghilang, gelisah dan lemah.
2. Efek emosional, ibu merasa bersalah terhadap apa yang
terjadi, marah, sedih, dan benci pada dirinya sendiri.
3. Efek sosial, ibu cenderung untuk menarik diri.
2. DUKA CITA
Duka cita adalah suatu respon fisiologis terhadap
kehilangan.
Ada beberapa tahapan proses duka cita.
1. Tahap shock, merupakan respon awal individu terhadap
kehilangan :
a. Manifestasi perilaku dan perasaan
Penolakan
ketidak percayaan, keputusasaan, marah, takut, merasa bersalah, kekosongan,
kesendirian, kesedihan, kesepian, isolasi, kekakuan, menangis,
kebencian/kepahitan, keterasingan, kehilangan inisiatif, merasa dihianati,
frustasi, memberontak dan kehilangan konsentrasi.
b. Manifestasi fisik
Keluhan
kehilangan berat, anoreksia, tidur gelisah, keletihan, kurang istirahat, kurus,
sesak nafas, mengomel sakit dada, kelemahan internal, kelemahan umum dan
kelemahan kaki.
2.
Tahap penderitaan (fase realitas)
Tahap ini dimana terjadi penerimaan
terhadap fakta kehilangan dan upaya penyesuaian terhadap realitas yang harus ia
lakukan. Selama masa ini, kehidupan orang yang berduka akan terus berlanjut.
Saat individu terus melanjutkan tugasnya untuk berduka, dominasi kehilangannya
secara bertahap berubah menjadi kecemasan terhadap masa depan.
3.
Tahap resolusi (fase menentukan
hubungan yang bermakna)
Selama periode ini, orang yang
berduka menerima kehilangan, penyesuaian telah komplet, dan individu kembali
pada fungsinya secara sepenuh. Bidan dapat membantu dalam melewati proses
berduka.
Duka yang sering timbul terhadap
ibu nifas misalnya :
Kemurungan
masa nifas dapat disebabkan perubahan dalam
tubuh seorang wanita selama kehamilan serta
perubahan dalam irama/cara kehidupannya sesudah bayi lahir. Seorang ibu lebih
beresiko mengalami kemurungan pasca bersalin. karena ia masih muda mempunyai
masalah dalam menyusui bayinya. Kemurungan pada masa nifas merupakan hal yang umum, dan bahwa
perasaan-perasaan demikian biasanya hilang sendiri dalam dua minggu sesudah
melahirkan.
2. Terciptanya ikatan ibu dan bayi
Menciptakan terjadinya ikatan bayi dan ibu dalam jam
pertama setelah kelahiran yaitu dengan cara mendorong pasangan orang tua untuk
memegang dan memeriksa bayinya, memberi komentar positif tentang bayinya,
meletakkan bayinya disamping ibunya. Berikan privasi kepada pasangan tersebut
untuk sendiri saja bersama bayinya. Perilaku normal orang tua untuk menyentuh
bayinya ketika mereka pertama kali melihat bayinya yaitu dengan meraba atau
menyentuh anggota badan bayi serta kepalanya dengan ujung jari. Mengusap tubuh
bayi dengan telapak tangan lalu menggendongnya dilengan dan memposisikannya
sedemikian rupa sehingga matanya bertatapan langsung dengan mata bayi. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan duka
dikarenakan ketidak inginan orang tua menghendaki bayinya dikarenakan sebab
sebab misalnya jenis kelamin yang tidak sesuai keinginan atapun kecacatan.
Sehingga diharapkan kebencian tidak berlanjut.
2.3 PERAN BIDAN DALAM MENGATASI
KESEDIHAN DAN DUKA CITA DALAM MASA NIFAS
Dalam upaya membantu klien yang bersedih dan berduka, bidan dapat
memfasilitasi penerimaan mereka pada :
1.
Kehilangan
bayi :
a.
Biarkan
orang tua bersama bayinya selama mungkin untuk melihat, menyentuh dan memegang
bayi yang meninggal
b.
Temani orang
tua, jangan di isolasi
c.
Berikan
dukungan
d.
Dengarkan
jangan terlalu banyak menjelaskan
e.
Berikan
penjelasan yang akurat
f.
Biarkan
orang tua melewati proses kehilangan
g.
Bantu orang
tua untuk pulang
h.
Memberi
harapan untuk mendapatkan beberapa bentuk bantuan misalnya pemakaman.
2.
Anak yg
tidak sempurna/kelainan :
a.
Memberikan
rasa aman dan sabar
b.
Mendengarkan
keluhannya
c.
Tidak
menyalahkan
d.
Menghindari
lingkungan yang memfasilitasi hal yang negatif yang mereka rasakan
e.
Menghindari
penolakan terhadap bayinya
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berduka diartikan sebagai respon psikologis terhadap kehilangan. Derajat
kehilangan pada individu direflesikan dalam respon terhadap kehilangan.
Contohnya kematian dapat menimbulkan respon berduka yang ringan hingga berat.
Hal ini tergantung dari hubungan dan kedekatan orang yang meninggal tersebut.
Sehingga dalam asuhan kebidanan pada masa nifas sangat dibutuhkan peran bidan
untuk membantu ibu yang mengalami masalah dalam masa nifas terkusus dalam hal
kehilangan dan duka cita dikarenakan misalnya kematian ataupun kecacatan yang
dialami oleh bayinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar