Jumat, 18 Juli 2014

PROSEDUR RESUSITASI MATERNAL



BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Resusitasi diperlukan oleh neonatus yang dalam beberapa menit pertama kehidupannya tidak dapat mengadakan ventilasi efektif dan perfusi adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi dan eliminasi karbondioksida, atau bila sistem kardiovaskular tidak cukup dapat memberi perfusi secara efektif kepada susunan saraf pusat, jantung dan organ vital lain.
Deteksi dini faktor resiko dan kelainan yang ditemukan pada bayi baru lahir  bahkan janin ,sangat membantu agar tidak terjadi kerugian  dikemudian hari. Antisipasi penangganan dini bayi aspeksia dapat menghindarkan bayi tersebut dari kecacatan dan dampak yang merugikan. Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten. Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis.
1.        Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang  di atas dan sesuai dengan judul laporan penatalaksanaan resusitasi, maka dalam hal ini rumusan masalah adalah “ Bagaimana pelaksanaan resusitasi yang diberikan pada bayi baru lahir “
2.             Tujuan Penulisan
1.      Tujuan  Umum
Sebagai acuan untuk melaksanakan  resusitasi pada bayi baru lahir
2.      Tujuan  Khusus
a.         Mampu melakukan pengkajian pada bayi baru lahir
b.          Mampu merumuskan diagnosa bayi baru lahir yang memerlukan tindakan resusitasi
c.         Mampu menyusun perencanaan tindakan yang akan dilakukan
d.         Mampu menerapkan rencana tindakan yang akan dilakukan
e.          Mampu  melakukan evaluasi dari tindakan resusitasi tersebut.
3.            Manfaat Penulisan
Penulis mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua sebagai pertimbangan bagi calon tenaga kesehatan professional dalam memberikan pelayanan resusitasi pada bayi baru lahir.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN RESUSITASI
Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang adekwat (Rilantono, 1999). Tindakan ini merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 – 6 menit).
Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten. Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien kritis (Hudak dan Gallo, 1997)
1.      FISIOLOGI
Waktu bayi lahir ,napas pertama terjadi karena rangsangan udara dingin, cahaya,perubahan biokomia darah dsb. Cairan yang ada pada paru-paru sebagian besar akan dikeluarkan pada saat bayi dilahirkan karena tekanan jalan lahir pada dinding thorak dan sebagian kecil diserap  oleh pembuluh darah kecil. Sirkulasi darah berubah dari sirkulasi janin ke sirkulasi dewasa. Pada saat bayi dilahirkan dan terjadi pernapasan alveoli yang pada saat belum lahir berisi air,akan berkembang dengan berisi udara. Aliran darah ke paru akan bertambah karena oksigen yang didapat bayi akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah paru aliran darah balik paru akan meningkat. Sehingga akibatnya akan terjadi  aliran darah keluar dari ventrikel  kiri. Pada bayi baru lahir yang normal penutupan duktus arteriosus dan penurunan tahanan pembuluh darah paru akan berakibat penurunan  tekanan arteri pulmonalis dan ventrikel kanan. Penurunan terendah terjadi  2 atau 3 hari post natal Kadang-kadang sampai lebih dari 7 hari post natal  ( Behrman , 1992 ).




2.2       MANIFESTASI KLINIK/TANDA DAN GEJALA
Gejala umum yang terjadi pada bayi baru lahir yang memerlukan tindakan resusitasi adalah bayi yang baru lahir namun tidak mampu untuk menghirup oksigen dengan adekuat dengan tanda dan gejala : Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
A.       Penatalaksanaan Medis
  Kondisi yang memerlukan resusitasi neonatus misalnya :
1.      sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh ke posterior.
2.      kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya.
3.      kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.
4.      syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan.
Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya.
Penting untuk resusitasi yang efektif :
1.    Tenaga yang terampil, tim kerja yang baik
2.    Pemahaman tentang fisiologi dasar pernapasan, kardiovaskular, serta proses asfiksia yang progresif
3.    Kemampuan / alat pengaturan suhu, ventilasi, monitoring.
4.    obat-obatan dan cairan yang diperlukan.









B.   Prinsip-prinsip umum prosedur resusitasi neonatus
1.    Penilaian
a.    Sebelum bayi lahir ,  sesudah ketuban pecah : apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada presentasi kepala.
b.    Segera setelah bayi lahir : apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur, bernafas megap-megap atau tidak bernafas . Apakah bayi lemas atau tungkai.
2.    Keputusan
Putusan perlu dilakukan tindakan resustasi apabila :
a.       Air ketuban bercampur mekonium
b.       Bayi tidak bernafas atau megap-megap
c.       Bayi cemas atau tungkai
3.      Tindakan
Segera lakukan tindakan apabila :
a.         Bayi tidak bernafas atau megap-megap atau lemas, lakukan langkah-langkah resustasi BBL.
 Persiapan Resustasi BBL                                                                                         
Di dalam setiap persalinan penolong harus selalu siap melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit tidak bernafas, bayi baru lahir dapat mengalami kenaikan otak.
1.      Persiapan keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat pada ibu dan bayinya.
2.      Persiapan tempat resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi gunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata keras, bersih dan kering, misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi tempat resusitasi sebaiknya didekat sumber pemanas (misal : lampu surat) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu yang terbuka biasanya digunakan lampu surat atau bahkan berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi (petromax, nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi.







3.      Persiapan alat
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
- 2 helai kain / handuk
- Bahan ganjal bahu bayi, berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil/bantul kecil
- Alat penghisap lendir delle atau bulu karet
- Tabung dan sungkap atau balon atau sungkup neonatal
- Kotak alat resusitasi
- Jam atau pencatat waktu.
Peralatan resusitasi neonatal Permukaan meja resusitasi dengan alas yang cukup keras  Sumber kehangatan dan cahaya :
1.      Jam dengan pencatat waktu
2.      Oksigen
3.       Kain linen, kantung polietilen atau pembungkus yang hangat
4.      Sarung tangan
5.      Stetoskop
6.      Ekstraktor lendir/suction apparatus, kateter suction (6, 8, 10 Fr)
7.      Facemask (ukuran 0 dan 1)
8.      Kantung self-inflating dengan penampung (ukuran bayi baru lahir), flow-inflating bag atau T-piece device
9.      Laringoskop dengan bilah lurus (ukuran 0 dan 1), bohlam dan baterai cadangan
10.  Endotracheal tubes (ukuran 2.0, 2.5, 3.0, 3.5 dan 4 mm ID)
11.  Stylet
12.   Nasogastric tubes (6, 8 Fr)
13.   Disposable syringes (1, 2 dan 10 ml), jarum sekali pakai
14.   Kanul intravena, Kateter pembuluh umbilikalis
15.  Pita perekat, gunting
16.   Obat – larutan NaCl, naloxone, adrenalin (1:10.000)
Jika diperkirakan akan terjadi persalinan prematur (usia kehamilan kurang dari 37 minggu), diperlukan persiapan khusus karena bayi tersebut memiliki paru imatur sehingga lebih sulit untuk berventilasi dan rentan terhadap cedera oleh ventilasi tekanan positif. Bayi prematur juga memiliki pembuluh darah imatur di otak sehingga rentan terhadap perdarahan; kulit yang tipis dan bisang permukaan yang luas, sehingga menyebabkan hilangnya panas


C. Langkah-langkah Resusitasi BBL
1.    Langkah awal
Beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayinya memerlukan bantuan untuk memulai bernafas dan minta keluarga mendampingi ibu.
Langkah awal perlu dilakukan secara cepat (dalam waktu 30 detik) secara umum 6 langkah awal dibawah ini cakup untuk merangsang bayi baru lahir.
2.    Jaga bayi tetap hangat
a.    Alat pemancar panas telah diaktifkan sebelumnya sehingga tempat meletakkan bayi hanya.
b.     Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum dan selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat.
c.    Pindahkan bayi keatas kain ke tempat resusitasi di bawah alat pemancar panas tubuh dan kepala bayi dikeringkan dengan menggunakan handuk dan selimut hangat (apabila diperlukan penghisapan mekonium, dianjurkan menunda pengeringan tubuh yaitu setelah mekonium dihisap
3.    Atur posisi bayi
a.    Baringkan bayi terlentang di alas yang di atas dengan kepala didekat penolong
b.     Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi, sehingga bahu terangkat ¾ sampai 1 inci (2-3 cm).
4.    Isap Lendir / Bersihkan jalan nafas
a.    Kepala bayi dimirngkan agar cairan berkumpul di mulut dan tidak difaring bagian belakang.
b.    Mulut dibersihkan terlebih dahulu dengan maksud.
·         Apabila cairan tidak teraspirasi hisapan pada hidung akan menimbulkan pernafasan megap-megap
·         Apabila mekonium kental dan bayi mengalami depresi harus dilakukan penghisapan dari trakea dengan menggunakan pipa endotrakea (pipa et)
5.    Keringkan dan rangsang bayi
a.    Keringkan bayi mulai dari mulut kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan rangsangan ini dapat memulai pernafasan bayi atau pernafasan lebih baik.
b.     Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini :
c.    Menepuk atau menyentil telapak kaki
d.   Menggosok punggung, perut, dada, atau tungkai bayi dengan telapak tangan.
6.    Atur kembali posisi kepala dan selimuti bayi
a.    Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru
b.    Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar pemantauan pernafasan bayi dapat diteruskan
c.    Atur kembali posisi terbalik kepala bayi sedikit ekstensi

7.    Lakukan penilaian bayi.
a.    Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, megap-megap atau tidak bernafas
b.    Letakkan bayi diatas dada ibu dan selimuti keduanya untuk menjaga kehangatan tubuh bayi melalui persentuhan kulit ibu-bayi.
c.    Anjurkan ibu untuk menyusukan bayi sambil membelainya
d.   Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap segera lakukan tindakan ventilasi.
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah udara ke dalam paru-paru dengan tekanan positif yang memadai untuk membuka, alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur.
1.      Pasang Sungkup
Pasang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi

2.      Ventilasi percobaan (2 x)
a.    Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air.
b.    Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa memulai bernafas dan sekaligus menguji apakah jalan nafas terbuka dan bebas.
c.     Lihat apakah dada bayi mengembang
Bila tidak mengembang maka :
a.    Periksa posisi kepla, pastikan posisinya sudah benar
b.    Perksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi kebocoran
c.    Periksa ulang apakah jalan napas tersumbat cairan atau lendir (isap kembali)

3.      Ventilasi Definitif (20 kali dalam 30 detik)
a.    Lakukan tiupan dengan tekanan 20 cm air,m 20 kali dalam 30 detik.
b.    Pastikan udara masuk (dada mengembang) dalam 30 detik tindakan.
4.      Lakukan penilaian
a.    Bila bayi sudah bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi, bayi diberikan asuhan pasca resusitasi
b.    Bila bayi belum bernapas atau megap-megap, lanjutkan ventilasi
c.    Lakukan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20x untuk 30 detik berikutnya
d.   Evaluasi hasil ventlasi setiap 30 detik
e.     Lakukan penilaina bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau megak-megap. Bila bayi sudah mulai bernapas normal, hentikan ventlasi dan pantau bayi dengna seksama, berikan asuhan pasca resusitasi.
Bila bayi tidak bernapas atau megap-megap, teruskan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20 x untuk 30 detik berikutnya dan nailai haslnya setiap 30 detik.



5.    Siapkan rujukan bila bayi belum bernapas normal sesudah 2 menit di ventilasi
a.    Minta keluarga membantu persiapan rujukan
b.    Teruskan resusitasi sementara persiapan rujuakn dilakukan
6.      Bila bayi tidak dirujuk
a.    Lanjutkan ventilasi sampai 20 menit
b.    Pertimbangkan untuk menghentikan tindakan resusitasi jika setelah 20 menit, upaya ventilasi tidak berhasil.
Bayi yang tidak bernapas normal setelah 20 menit diresusitasi akan mengalami kerusakan otak. Sehingga akan menderita kecacatan yang berat/meninggal cepat; semakin rentan terhadap infeksi; dan peningkatan resiko syok hipovolemik.

2.3        PENYULIT YANG MUNGKIN TERJADI SELAMA RESUSITASI
1.        Hipotermia
Dapat memperberat keadaan asidosis metabolik, sianosis, gawat napas, depresi susunan saraf pusat, hipoglikemia.
2.        Pneumotoraks
Pemberian ventilasi tekanan positif dengan inflasi yang terlalu cepat dan tekanan yang terlalu besar dapat menyebabkan komplikasi ini. Jika bayi mengalami kelainan membran hialin atau aspirasi mekonium, risiko pneumotoraks lebih besar karena komplians jaringan paru lebih lemah.
3.        Trombosis vena
Pemasangan infus / kateter intravena dapat menimbulkan lesi trauma pada dinding pembuluh darah, potensial membentuk trombus. Selain itu, infus larutan hipertonik melalui pembuluh darah tali pusat juga dapat mengakibatkan nekrosis hati dan trombosis vena.
4.        Kotak  penilaian
Pada saat kelahiran ,anda harus bertanya pada diri sendiri lima pertanyaan mengenai bayi baru lahir. Pertanyaan-pertanyaan ini terdapat pada kotak penialian diagram. Jika jawabannya “ Tidak “ anda harus melanjutkan langkah resusitasi.
ü  Kotak A ( jalan pernapsan ) .
Ini adalah langkah awal yang dilakukan untuk menjamin terbukanya jalan napas dan memulai resusitasi bayi baru lahir:
·           Berikan kehangatan
·           Posisikan kepala untuk membuka jalan napas dan bersihkan jalan napas bila perlu
·           Keringkan bayi, beri rangsangan untuk bernapas dan posisikan lagi untuk mempertahankan  jalan napas terbuka.
·           Beriak oksigen bila perlu.
·           Ingat ,seberapa cepat kita harus menilai bayi dan memberikan langkah awal  resusitasi.Garis waktu diagram memperlihatkan bahwa keseluruhan langkah harus diselesaikan dalam 30 detik
Penilaian kotak A. Nilai bayi setelah 30 detik. Jika bayi tidak bernapas ( apnu ) atau frekuensi jantung dibawah 100 kali/ menit,anda harus melanjutkan ke kotak B
ü  Kotak B ( pernapasan )
Bantu usaha napas bayi dengan ,memberikan ventilasi tekanan positif menggunakan balon dan sungkup selama 30 detik.
Penilaian kotak B.
Setelah 30 detik pemberian ventilasi, anda harus menilai bayi kembali. Jika frekuensi jantung kurang dsari 60 kali / menit,anda harus melanjutkan ke kotak C.

ü  Kotak C( sirkulasi )
Bantu sirkulasi dengan memulai kompresi dada sambil tetap melanjutkan ventilasi Penilaian kotak c.
Setelah 30 detik melakukan kompresi dada, anda harus melakukan penilaian bayi lagi.Jika frekuensi jangtung tetap dibawah 60 kali/ menit, anda harus melanjutkan kotak D

ü  Kotak D ( obat-oabtan )
Berikan  epineprin sambil teerus melanjutkan kompresi dada dan ventilasi
Penilaian kotak D
Jika frekuansi jantung tetap dibawah 60 kali/ menit.tindakan pada kotak C dan D dialnjutkan dan dapat diulang. Hal ini ditunjukkan dengan tanda panah saat frekunsi jantung meningkat  di atas 60 kali / menit,kompresi dada  dihentiakan.Ventilasi tekanan positif tetap duilanjutkan sampai frekuensi jantung diatas 100 kali/ menit dan bayi sudah bernapas spontan.
Perhatikan bagian-bagian penting pada diagram alur ini:
·      Ada 2 frekuensi yang perlu diingat: 60 kali / menit dan 100 kali / menit . Pada umumnya , jika frekuensi dibawah 60 kali/ menit diperlukan langkah resusitasi tambahan. Jika frekuensi jantung diatas 100 kali / menit biasanya prosedur resusitasi dapat dihentikan.
·      Tanda asteriks (*) pada diagram alur ini menunjukkan kapan nintubasi endotrakeal diperlukan. Bagan ini akan dijelaskan  pada pelajaran selanjutnya.
·      Garis waktu disamping diagram menunjukkan berapa lama resusitasi berlangsung langkah demi langkah. Jangan bertahan  pada langkah yang sama setelah 30 detik  jika bayi tidak menunjukkan perbaikkan . Segera lanjutkan pada langkah berikutnya sesuai diagram.
·      Tindakan utama pada resusitasi neonatus ditunjukkan untuk memberikan oksigen pada paru-paru janin.( kotak A dan kotak B ) Bila hal ini dapat teratasi, frekuensi jantung, tekanan darah dan aliran darah pulmonal biasanya akan mengalami perbaikan dengan sendirinya. Walupun demikian, jika darah dan oksigen dalam jaringan sangat rendah maka isi sekuncup jantung harus dibantu dengan kompresi dada dan pemberian obat-obatan ( kotak C dan kotak D ) dalam upaya pengambilan oksigen di paru-paru.
Faktor resiko yang berkaitan dengan  kebutuhan tindakan resusitasi neonatus:
1.    Faktor antepartum :
·      Diabetes maternal
·      Hipertensi dalam kehamila
·      Hipertensi kronik
·      Anemia atau isoimunisasi
·      Riwayat kematian janin dan neonatus
·      Perdarahan pada trimester dua dan tiga
·      Infeksi maternal
·      Ibu dengan penyakit jantung, ginjal,para tyroid, ataun kelainan neurologi
·      Ketuban pecah dini
·      Kehamila  lewat waktu
·      Kehamilan ganda
·      Berat janin tidak sesuai masa kehamilan
·      Terapi obat-obatan seperti karbonatilium,magnesium, B bloker
·      Ibu pengguna obat-obat bius
·      Malformasi janin
·      Berkurangnya  gerakan janin
·      Tanpa pemerikswaan antenatal
·      Usia < 16 dan > 35
2.    Faktor intrapartum
·      Operasi caesar darurat
·       Kelahiran dengan ekstraksi vakum
·       Letak sungsang atau presentasi abnormal
·      Kelahiran kurang bulan
·      Persalinan presipitatus
·      Chorioamnionitis
·      KPD ( >18 jam sebelum  persalinan
·      Partus lama (> 24 jam )
·      Kala  2  lama  ( >2 jam )
·      Bradiukardi janin
·      Frekuensi jantung janin  yang tidak beraturan
·      Pengguna anestesi umum
·      Tetani uterus
·      Penggunaan obat narkotik dalam 4 jam / kurang sebelum persalinanAir ketuban hijau kental bercampur mekoneum
·      Prolaps talipusat
·      Solutio placenta
·      Solutio plasenta
·      Plasenta previa

2.3  TINDAKAN YANG AKAN DILAKUKAN SETELAH RESUSITASI
A.  Perawatan rutin
Hampir 90 % bayi baru lahir   merupakan bayi bugar tanpa faktor resiko dan  bersih dari cairsn amnion. Mereka tidak perlu dipisahkan dari ibunya untuk mendapatkan langkah awal resusitasi. Pengaturan suhu tubuh akan didapatkan  dengan meletakkan bayi di dada ibunya ,dikeringkan dan di tutupi dengan selimut yang kering .kehangatan tubuh akan dipertahankan  melalui kmontak kulit bayi dengan kulit ibunya ( skin to skin contact) Membersihkan jalan napas atas dapat dilakukan bila diperlukan dengan membersihan mulut dan hidung bayi . sambil melakukan langkah awal seperti ini , pengalaman terus menerus terrhadap usaha napas , aktivitas dan warna kulit tetap dilakukan  untuk menentukan  perlunya tindakan tambahan.
B.  Perawatan supportif
Bayi yang memiliki resiko prenatal dan intrapartum , dengan mekoneum pada air ketuban atau pada kulit ,gangguan usaha napas dan sianosis , memerlukan tindakan resusitasi saat lahir. Bayi-bayi ini  harus dievaluasi dan ditanggani dibawah alat pemancar panas dan mendapatkan langkah awala dengan benar . Bayi semacam ini tetap memiliki resiko perburukkan  yang berhubungan dengan masalah perinatal dan harus seringan dievaluasi  selam masa neonatal ini .
C.  Perawatan lanjut
Bayi yang mendapatkan ventilasi tekana positif atau tindakan lebih lanjut  yang memerlukan tindakan terus menerus  ,memiliki risiko yang berulang dan berisiko tinggi untuk mendapatkan komplikasi pada masa transisi.Bayi semacam ini pada umumnya harus ditanggani dalam ruanggan yang dapat dilakukan pengawasan dan monitoring terus menerus.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di seluruh dunia , lebih dari 1 juta bayi  pertahun akan membaik melalui penggunaan teknik program resusitasi neonatus. Paru-paru janin berkembang didalam kandungan ,tetapi alveoli masih terisi cairan. Pembuluh darah  paru janin  masih kontriksi sehingga darah untuk perfusi paru dipompakan dari arteri pulmonalis melalui duktus arteriosus ke  aorta .
Kekuranggan oksigen pada paru-paru  janin akan mengakibatkan kontriksi arteri pulmonal  dan menghambat aliran darah arterial dalam oksigen . Pada awalnya aliran  darah ke  usus, ginjal, otot, dan kulit akan berkurang, akan tetapi aliran darah ke jantung dan otak tetap dipertahankan .
Bayi kurang bulan merupakan bayi risiko tinggi yang memerlukan resusitasi karena :
·         Paru-paru bayi kurang bulan kekuranggan surfaktan
·         Bayi kurang bulan lebih mudah  kehilangan panas
·         Bayi kurang bulan dengan risiko infeksi yang besaR
·         Perdarahan pada otak bayi  kurang bulan lebih mudah berdarah selama stress.
Semua bayi baru lahir memerlukan pengawasan yang ketat dalam hal usaha napas , aktivitas dan warna kulit . Perawatan pasca kelahiran terdiri dari tiga tingkatan , yaitu :
·      Perawatan rutin : observasi standar
·      Perawatan suportif : evaluasi yang sering
·      Pearawatan lanjut : observasi yang terus menerus dan dimonitor di ruang perawatan.
3.2 Saran
1.      Tenaga kesehatan harus dapat mengetahui tanda dan gejala secara dini agar dapat melakukan penanganan segera
2.      Dengan asuhan kebidanan yang diberikan, diharapkan dapat memberi gambaran pengalaman bahwa segera akan memberikan damapak yang tidak merugikan untuk di masa yang akan datang .
3.      Meningkatkan upaya-upaya untuk KIA, Promotif, preventive, kuratif, dan rehabilitatif, kepada masyarakat, sehingga ikut berperan serta dalam upaya menurunkan  Angka Kematian Bayi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar