BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Resusitasi
diperlukan oleh neonatus yang dalam beberapa menit pertama kehidupannya tidak
dapat mengadakan ventilasi efektif dan perfusi adekuat untuk memenuhi kebutuhan
oksigenasi dan eliminasi karbondioksida, atau bila sistem kardiovaskular tidak
cukup dapat memberi perfusi secara efektif kepada susunan saraf pusat, jantung
dan organ vital lain.
Deteksi dini
faktor resiko dan kelainan yang ditemukan pada bayi baru lahir bahkan
janin ,sangat membantu agar tidak terjadi kerugian dikemudian hari.
Antisipasi penangganan dini bayi aspeksia dapat menghindarkan bayi tersebut
dari kecacatan dan dampak yang merugikan. Tindakan resusitasi merupakan
tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya untuk menyelamatkan
hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas
merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten.
Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. Kemampuan
ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik
pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien
kritis.
1.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian dari latar belakang di atas dan sesuai dengan judul laporan
penatalaksanaan resusitasi, maka dalam hal ini rumusan masalah adalah “
Bagaimana pelaksanaan resusitasi yang diberikan pada bayi baru lahir “
2.
Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan Umum
Sebagai
acuan untuk melaksanakan resusitasi pada bayi baru lahir
2.
Tujuan Khusus
a.
Mampu melakukan pengkajian pada bayi
baru lahir
b.
Mampu merumuskan diagnosa bayi baru lahir yang
memerlukan tindakan resusitasi
c.
Mampu menyusun perencanaan tindakan
yang akan dilakukan
d.
Mampu menerapkan rencana tindakan yang akan
dilakukan
e.
Mampu melakukan evaluasi dari tindakan
resusitasi tersebut.
3.
Manfaat Penulisan
Penulis
mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua sebagai pertimbangan
bagi calon tenaga kesehatan professional dalam memberikan pelayanan resusitasi
pada bayi baru lahir.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN RESUSITASI
Resusitasi
merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ
vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan
menjamin ventilasi yang adekwat (Rilantono, 1999). Tindakan ini merupakan
tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada
sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. kegawatdaruratan pada kedua sistem
tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 – 6
menit).
Tindakan
resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera sebagai upaya
untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997). Resusitasi pada anak yang
mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis yang harus dilakukan oleh
perawat yang kompeten. Perawat harus dapat membuat keputusan yang tepat pada
saat kritis. Kemampuan ini memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan yang unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk
memenuhi kebutuhan pasien kritis (Hudak dan Gallo, 1997)
1.
FISIOLOGI
Waktu bayi lahir
,napas pertama terjadi karena rangsangan udara dingin, cahaya,perubahan
biokomia darah dsb. Cairan yang ada pada paru-paru sebagian besar akan
dikeluarkan pada saat bayi dilahirkan karena tekanan jalan lahir pada dinding
thorak dan sebagian kecil diserap oleh pembuluh darah kecil. Sirkulasi
darah berubah dari sirkulasi janin ke sirkulasi dewasa. Pada saat bayi
dilahirkan dan terjadi pernapasan alveoli yang pada saat belum lahir berisi
air,akan berkembang dengan berisi udara. Aliran darah ke paru akan bertambah
karena oksigen yang didapat bayi akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah paru
aliran darah balik paru akan meningkat. Sehingga akibatnya akan terjadi
aliran darah keluar dari ventrikel kiri. Pada bayi baru lahir yang normal
penutupan duktus arteriosus dan penurunan tahanan pembuluh darah paru akan
berakibat penurunan tekanan arteri pulmonalis dan ventrikel kanan.
Penurunan terendah terjadi 2 atau 3 hari post natal Kadang-kadang sampai
lebih dari 7 hari post natal ( Behrman , 1992 ).
2.2 MANIFESTASI KLINIK/TANDA DAN GEJALA
Gejala umum
yang terjadi pada bayi baru lahir yang memerlukan tindakan resusitasi adalah
bayi yang baru lahir namun tidak mampu untuk menghirup oksigen dengan adekuat
dengan tanda dan gejala : Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut
jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun,
tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
A.
Penatalaksanaan Medis
Kondisi
yang memerlukan resusitasi neonatus misalnya :
1.
sumbatan jalan napas : akibat lendir
/ darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh ke posterior.
2.
kondisi depresi pernapasan akibat
obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya obat anestetik, analgetik lokal,
narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya.
3.
kelainan / kerusakan saluran napas
atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan / atau kelainan-kelainan
kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.
4.
syok hipovolemik misalnya akibat
kompresi tali pusat atau perdarahan.
Resusitasi
lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika terlambat,
bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya.
Penting
untuk resusitasi yang efektif :
1.
Tenaga yang terampil, tim kerja yang
baik
2.
Pemahaman tentang fisiologi dasar pernapasan,
kardiovaskular, serta proses asfiksia yang progresif
3.
Kemampuan / alat pengaturan suhu,
ventilasi, monitoring.
4.
obat-obatan dan cairan yang
diperlukan.
B. Prinsip-prinsip
umum prosedur resusitasi neonatus
1. Penilaian
a.
Sebelum bayi lahir , sesudah ketuban
pecah : apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
pada presentasi kepala.
b.
Segera setelah bayi lahir : apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur,
bernafas megap-megap atau tidak bernafas . Apakah bayi
lemas atau tungkai.
2.
Keputusan
Putusan
perlu dilakukan tindakan resustasi apabila :
a.
Air ketuban bercampur mekonium
b.
Bayi tidak bernafas atau megap-megap
c.
Bayi cemas atau tungkai
3.
Tindakan
Segera lakukan tindakan apabila :
a.
Bayi tidak bernafas atau megap-megap
atau lemas, lakukan langkah-langkah resustasi BBL.
Persiapan
Resustasi BBL
Di dalam
setiap persalinan penolong harus selalu siap melakukan tindakan resusitasi bayi
baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan waktu yang
sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit tidak
bernafas, bayi baru lahir dapat mengalami kenaikan otak.
1.
Persiapan keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga
mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat pada ibu dan bayinya.
2.
Persiapan tempat resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan
tempat resusitasi gunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi
hendaknya rata keras, bersih dan kering, misalnya meja, dipan atau di atas
lantai beralas tikar kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur posisi kepala
bayi tempat resusitasi sebaiknya didekat sumber pemanas (misal : lampu surat)
dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu yang terbuka biasanya
digunakan lampu surat atau bahkan berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi
(petromax, nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi.
3.
Persiapan alat
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan
persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
- 2 helai
kain / handuk
- Bahan
ganjal bahu bayi, berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil/bantul kecil
- Alat
penghisap lendir delle atau bulu karet
- Tabung dan
sungkap atau balon atau sungkup neonatal
- Kotak alat
resusitasi
- Jam atau
pencatat waktu.
Peralatan
resusitasi neonatal Permukaan meja resusitasi dengan alas yang cukup keras Sumber kehangatan dan cahaya :
1.
Jam dengan pencatat waktu
2.
Oksigen
3.
Kain linen, kantung polietilen atau pembungkus
yang hangat
4.
Sarung tangan
5.
Stetoskop
6.
Ekstraktor lendir/suction apparatus,
kateter suction (6, 8, 10 Fr)
7.
Facemask (ukuran 0 dan 1)
8.
Kantung self-inflating dengan
penampung (ukuran bayi baru lahir), flow-inflating bag atau T-piece device
9.
Laringoskop dengan bilah lurus
(ukuran 0 dan 1), bohlam dan baterai cadangan
10. Endotracheal
tubes (ukuran 2.0, 2.5, 3.0, 3.5 dan 4 mm ID)
11. Stylet
12. Nasogastric tubes (6, 8 Fr)
13. Disposable syringes (1, 2 dan 10 ml), jarum
sekali pakai
14. Kanul intravena, Kateter pembuluh umbilikalis
15. Pita
perekat, gunting
16. Obat – larutan NaCl, naloxone, adrenalin
(1:10.000)
Jika diperkirakan akan terjadi persalinan prematur
(usia kehamilan kurang dari 37 minggu), diperlukan persiapan khusus karena bayi
tersebut memiliki paru imatur sehingga lebih sulit untuk berventilasi dan
rentan terhadap cedera oleh ventilasi tekanan positif. Bayi prematur juga
memiliki pembuluh darah imatur di otak sehingga rentan terhadap perdarahan;
kulit yang tipis dan bisang permukaan yang luas, sehingga menyebabkan hilangnya
panas
C. Langkah-langkah Resusitasi BBL
1.
Langkah awal
Beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayinya memerlukan
bantuan untuk memulai bernafas dan minta keluarga mendampingi ibu.
Langkah awal perlu dilakukan secara cepat (dalam waktu
30 detik) secara umum 6 langkah awal dibawah ini cakup untuk merangsang bayi
baru lahir.
2.
Jaga bayi tetap hangat
a.
Alat pemancar panas telah diaktifkan
sebelumnya sehingga tempat meletakkan bayi hanya.
b.
Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas
perut ibu atau dekat perineum dan selimuti bayi dengan kain tersebut, potong
tali pusat.
c.
Pindahkan bayi keatas kain ke tempat
resusitasi di bawah alat pemancar panas tubuh dan kepala bayi dikeringkan
dengan menggunakan handuk dan selimut hangat (apabila diperlukan penghisapan
mekonium, dianjurkan menunda pengeringan tubuh yaitu setelah mekonium dihisap
3.
Atur posisi bayi
a.
Baringkan bayi terlentang di alas
yang di atas dengan kepala didekat penolong
b.
Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi,
sehingga bahu terangkat ¾ sampai 1 inci (2-3 cm).
4.
Isap Lendir / Bersihkan jalan nafas
a.
Kepala bayi dimirngkan agar cairan
berkumpul di mulut dan tidak difaring bagian belakang.
b.
Mulut dibersihkan terlebih dahulu
dengan maksud.
·
Apabila cairan tidak
teraspirasi hisapan pada hidung akan menimbulkan
pernafasan megap-megap
·
Apabila mekonium kental dan bayi
mengalami depresi harus dilakukan penghisapan dari trakea dengan menggunakan
pipa endotrakea (pipa et)
5.
Keringkan dan rangsang bayi
a.
Keringkan bayi mulai dari mulut
kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan rangsangan ini dapat
memulai pernafasan bayi atau pernafasan lebih baik.
b.
Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara
di bawah ini :
c.
Menepuk atau menyentil telapak kaki
d.
Menggosok punggung, perut, dada,
atau tungkai bayi dengan telapak tangan.
6.
Atur kembali posisi kepala dan
selimuti bayi
a.
Ganti kain yang telah basah dengan
kain bersih dan kering yang baru
b.
Selimuti bayi dengan kain tersebut,
jangan tutupi bagian muka dan dada agar pemantauan pernafasan bayi dapat
diteruskan
c.
Atur kembali posisi terbalik kepala
bayi sedikit ekstensi
7.
Lakukan penilaian bayi.
a.
Lakukan penilaian apakah bayi
bernafas normal, megap-megap atau tidak bernafas
b.
Letakkan bayi diatas dada ibu dan selimuti
keduanya untuk menjaga kehangatan tubuh bayi melalui persentuhan kulit
ibu-bayi.
c.
Anjurkan ibu untuk menyusukan bayi
sambil membelainya
d.
Bila bayi tidak bernafas atau
megap-megap segera lakukan tindakan ventilasi.
Ventilasi
adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah udara ke dalam
paru-paru dengan tekanan positif yang memadai untuk membuka, alveoli paru agar
bayi bisa bernafas spontan dan teratur.
1.
Pasang Sungkup
Pasang
sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi
2.
Ventilasi percobaan (2 x)
a.
Lakukan tiupan udara dengan tekanan
30 cm air.
b.
Tiupan awal ini sangat penting untuk
membuka alveoli paru agar bayi bisa memulai bernafas dan sekaligus menguji
apakah jalan nafas terbuka dan bebas.
c.
Lihat apakah dada bayi mengembang
Bila tidak mengembang maka :
a.
Periksa posisi kepla, pastikan
posisinya sudah benar
b.
Perksa pemasangan sungkup dan
pastikan tidak terjadi kebocoran
c.
Periksa ulang apakah jalan napas
tersumbat cairan atau lendir (isap kembali)
3.
Ventilasi Definitif (20 kali dalam
30 detik)
a.
Lakukan tiupan dengan tekanan 20 cm
air,m 20 kali dalam 30 detik.
b.
Pastikan udara masuk (dada
mengembang) dalam 30 detik tindakan.
4.
Lakukan penilaian
a.
Bila bayi sudah bernapas normal,
hentikan ventilasi dan pantau bayi, bayi diberikan asuhan pasca resusitasi
b.
Bila bayi belum bernapas atau
megap-megap, lanjutkan ventilasi
c.
Lakukan ventilasi dengan tekanan 20
cm air, 20x untuk 30 detik berikutnya
d.
Evaluasi hasil ventlasi setiap 30
detik
e.
Lakukan penilaina bayi apakah bernafas, tidak
bernafas atau megak-megap. Bila bayi sudah mulai bernapas normal, hentikan
ventlasi dan pantau bayi dengna seksama, berikan asuhan pasca resusitasi.
Bila bayi tidak bernapas atau megap-megap, teruskan
ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20 x untuk 30 detik berikutnya dan nailai
haslnya setiap 30 detik.
5.
Siapkan rujukan bila bayi belum
bernapas normal sesudah 2 menit di ventilasi
a.
Minta keluarga membantu persiapan
rujukan
b.
Teruskan resusitasi sementara
persiapan rujuakn dilakukan
6.
Bila bayi tidak dirujuk
a.
Lanjutkan ventilasi sampai 20 menit
b.
Pertimbangkan untuk menghentikan
tindakan resusitasi jika setelah 20 menit, upaya ventilasi tidak berhasil.
Bayi yang tidak bernapas normal
setelah 20 menit diresusitasi akan mengalami kerusakan otak. Sehingga akan
menderita kecacatan yang berat/meninggal cepat; semakin rentan terhadap
infeksi; dan peningkatan resiko syok hipovolemik.
2.3 PENYULIT YANG MUNGKIN TERJADI SELAMA
RESUSITASI
1.
Hipotermia
Dapat memperberat keadaan asidosis metabolik,
sianosis, gawat napas, depresi susunan saraf pusat, hipoglikemia.
2.
Pneumotoraks
Pemberian ventilasi tekanan positif dengan inflasi
yang terlalu cepat dan tekanan yang terlalu besar dapat menyebabkan komplikasi
ini. Jika bayi mengalami kelainan membran
hialin atau aspirasi mekonium, risiko pneumotoraks lebih besar karena komplians
jaringan paru lebih lemah.
3.
Trombosis vena
Pemasangan infus / kateter intravena dapat menimbulkan
lesi trauma pada dinding pembuluh darah, potensial membentuk trombus. Selain
itu, infus larutan hipertonik melalui pembuluh darah tali pusat juga dapat
mengakibatkan nekrosis hati dan trombosis vena.
4.
Kotak penilaian
Pada saat kelahiran ,anda harus bertanya pada diri
sendiri lima pertanyaan mengenai bayi baru lahir. Pertanyaan-pertanyaan ini
terdapat pada kotak penialian diagram. Jika jawabannya “ Tidak “ anda harus
melanjutkan langkah resusitasi.
ü Kotak A (
jalan pernapsan ) .
Ini adalah
langkah awal yang dilakukan untuk menjamin terbukanya jalan napas dan memulai
resusitasi bayi baru lahir:
·
Berikan kehangatan
·
Posisikan kepala untuk membuka jalan
napas dan bersihkan jalan napas bila perlu
·
Keringkan bayi, beri rangsangan
untuk bernapas dan posisikan lagi untuk mempertahankan jalan napas
terbuka.
·
Beriak oksigen bila perlu.
·
Ingat ,seberapa cepat kita harus
menilai bayi dan memberikan langkah awal resusitasi.Garis waktu diagram
memperlihatkan bahwa keseluruhan langkah harus diselesaikan dalam 30 detik
Penilaian
kotak A. Nilai bayi setelah 30 detik. Jika bayi tidak bernapas ( apnu ) atau
frekuensi jantung dibawah 100 kali/ menit,anda harus melanjutkan ke kotak B
ü Kotak B (
pernapasan )
Bantu usaha napas bayi dengan ,memberikan ventilasi
tekanan positif menggunakan balon dan sungkup selama 30 detik.
Penilaian
kotak B.
Setelah 30 detik pemberian ventilasi, anda harus
menilai bayi kembali. Jika frekuensi jantung kurang dsari 60 kali / menit,anda
harus melanjutkan ke kotak C.
ü Kotak C(
sirkulasi )
Bantu sirkulasi dengan memulai kompresi dada sambil
tetap melanjutkan ventilasi Penilaian kotak c.
Setelah 30 detik melakukan kompresi dada, anda harus
melakukan penilaian bayi lagi.Jika frekuensi jangtung tetap dibawah 60 kali/
menit, anda harus melanjutkan kotak D
ü Kotak D (
obat-oabtan )
Berikan
epineprin sambil teerus melanjutkan kompresi dada dan ventilasi
Penilaian
kotak D
Jika frekuansi jantung tetap dibawah 60 kali/
menit.tindakan pada kotak C dan D dialnjutkan dan dapat diulang. Hal ini
ditunjukkan dengan tanda panah saat frekunsi jantung meningkat di atas 60
kali / menit,kompresi dada dihentiakan.Ventilasi tekanan positif tetap
duilanjutkan sampai frekuensi jantung diatas 100 kali/ menit dan bayi sudah
bernapas spontan.
Perhatikan
bagian-bagian penting pada diagram alur ini:
·
Ada 2 frekuensi yang perlu diingat:
60 kali / menit dan 100 kali / menit . Pada umumnya , jika frekuensi dibawah 60
kali/ menit diperlukan langkah resusitasi tambahan. Jika frekuensi jantung
diatas 100 kali / menit biasanya prosedur resusitasi dapat dihentikan.
·
Tanda asteriks (*) pada diagram alur
ini menunjukkan kapan nintubasi endotrakeal diperlukan. Bagan ini akan
dijelaskan pada pelajaran selanjutnya.
·
Garis waktu disamping diagram
menunjukkan berapa lama resusitasi berlangsung langkah demi langkah. Jangan
bertahan pada langkah yang sama setelah 30 detik jika bayi tidak
menunjukkan perbaikkan . Segera lanjutkan pada langkah berikutnya sesuai
diagram.
·
Tindakan utama pada resusitasi
neonatus ditunjukkan untuk memberikan oksigen pada paru-paru janin.( kotak A
dan kotak B ) Bila hal ini dapat teratasi, frekuensi jantung, tekanan darah dan
aliran darah pulmonal biasanya akan mengalami perbaikan dengan sendirinya.
Walupun demikian, jika darah dan oksigen dalam jaringan sangat rendah maka isi
sekuncup jantung harus dibantu dengan kompresi dada dan pemberian obat-obatan (
kotak C dan kotak D ) dalam upaya pengambilan oksigen di paru-paru.
Faktor
resiko yang berkaitan dengan kebutuhan tindakan resusitasi neonatus:
1.
Faktor antepartum :
·
Diabetes maternal
·
Hipertensi dalam kehamila
·
Hipertensi kronik
·
Anemia atau isoimunisasi
·
Riwayat kematian janin dan neonatus
·
Perdarahan pada trimester dua dan
tiga
·
Infeksi maternal
·
Ibu dengan penyakit jantung,
ginjal,para tyroid, ataun kelainan neurologi
·
Ketuban pecah dini
·
Kehamila lewat waktu
·
Kehamilan ganda
·
Berat janin tidak sesuai masa
kehamilan
·
Terapi obat-obatan seperti
karbonatilium,magnesium, B bloker
·
Ibu pengguna obat-obat bius
·
Malformasi janin
·
Berkurangnya gerakan janin
·
Tanpa pemerikswaan antenatal
·
Usia < 16 dan > 35
2.
Faktor intrapartum
·
Operasi caesar darurat
·
Kelahiran dengan ekstraksi vakum
·
Letak sungsang atau presentasi abnormal
·
Kelahiran kurang bulan
·
Persalinan presipitatus
·
Chorioamnionitis
·
KPD ( >18 jam sebelum
persalinan
·
Partus lama (> 24 jam )
·
Kala 2 lama (
>2 jam )
·
Bradiukardi janin
·
Frekuensi jantung janin yang
tidak beraturan
·
Pengguna anestesi umum
·
Tetani uterus
·
Penggunaan obat narkotik dalam 4 jam
/ kurang sebelum persalinanAir ketuban hijau kental bercampur mekoneum
·
Prolaps talipusat
·
Solutio placenta
·
Solutio plasenta
·
Plasenta previa
2.3 TINDAKAN YANG AKAN DILAKUKAN
SETELAH RESUSITASI
A. Perawatan
rutin
Hampir 90 % bayi
baru lahir merupakan bayi bugar tanpa faktor resiko dan bersih
dari cairsn amnion. Mereka tidak perlu dipisahkan dari ibunya untuk mendapatkan
langkah awal resusitasi. Pengaturan suhu tubuh akan didapatkan dengan
meletakkan bayi di dada ibunya ,dikeringkan dan di tutupi dengan selimut yang
kering .kehangatan tubuh akan dipertahankan melalui kmontak kulit bayi
dengan kulit ibunya ( skin to skin contact) Membersihkan jalan napas atas dapat
dilakukan bila diperlukan dengan membersihan mulut dan hidung bayi . sambil
melakukan langkah awal seperti ini , pengalaman terus menerus terrhadap usaha
napas , aktivitas dan warna kulit tetap dilakukan untuk menentukan
perlunya tindakan tambahan.
B. Perawatan
supportif
Bayi yang
memiliki resiko prenatal dan intrapartum , dengan mekoneum pada air ketuban
atau pada kulit ,gangguan usaha napas dan sianosis , memerlukan tindakan
resusitasi saat lahir. Bayi-bayi ini harus dievaluasi dan ditanggani
dibawah alat pemancar panas dan mendapatkan langkah awala dengan benar . Bayi
semacam ini tetap memiliki resiko perburukkan yang berhubungan dengan
masalah perinatal dan harus seringan dievaluasi selam masa neonatal ini .
C. Perawatan
lanjut
Bayi yang
mendapatkan ventilasi tekana positif atau tindakan lebih lanjut yang
memerlukan tindakan terus menerus ,memiliki risiko yang berulang dan
berisiko tinggi untuk mendapatkan komplikasi pada masa transisi.Bayi semacam
ini pada umumnya harus ditanggani dalam ruanggan yang dapat dilakukan
pengawasan dan monitoring terus menerus.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Di seluruh
dunia , lebih dari 1 juta bayi pertahun akan membaik melalui penggunaan
teknik program resusitasi neonatus. Paru-paru janin berkembang didalam
kandungan ,tetapi alveoli masih terisi cairan. Pembuluh darah paru
janin masih kontriksi sehingga darah untuk perfusi paru dipompakan dari
arteri pulmonalis melalui duktus arteriosus ke aorta .
Kekuranggan
oksigen pada paru-paru janin akan mengakibatkan kontriksi arteri
pulmonal dan menghambat aliran darah arterial dalam oksigen . Pada
awalnya aliran darah ke usus, ginjal, otot, dan kulit akan
berkurang, akan tetapi aliran darah ke jantung dan otak tetap dipertahankan .
Bayi kurang
bulan merupakan bayi risiko tinggi yang memerlukan resusitasi karena :
·
Paru-paru bayi kurang bulan
kekuranggan surfaktan
·
Bayi kurang bulan lebih mudah
kehilangan panas
·
Bayi kurang bulan dengan risiko
infeksi yang besaR
·
Perdarahan pada otak bayi
kurang bulan lebih mudah berdarah selama stress.
Semua bayi
baru lahir memerlukan pengawasan yang ketat dalam hal usaha napas , aktivitas
dan warna kulit . Perawatan pasca kelahiran terdiri dari tiga tingkatan , yaitu
:
·
Perawatan rutin : observasi standar
·
Perawatan suportif : evaluasi yang
sering
·
Pearawatan lanjut : observasi yang
terus menerus dan dimonitor di ruang perawatan.
3.2 Saran
1.
Tenaga kesehatan harus dapat
mengetahui tanda dan gejala secara dini agar dapat melakukan penanganan segera
2.
Dengan asuhan kebidanan yang
diberikan, diharapkan dapat memberi gambaran pengalaman bahwa segera akan
memberikan damapak yang tidak merugikan untuk di masa yang akan datang .
3.
Meningkatkan upaya-upaya untuk KIA,
Promotif, preventive, kuratif, dan rehabilitatif, kepada masyarakat, sehingga
ikut berperan serta dalam upaya menurunkan Angka Kematian Bayi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar